ILMU BUDAYA DASAR YANG DIHUBUNGKAN DENGAN PROSA



SIKANCIL DAN TIKUS

Zaman dahulu kala, hiduplah dua ekor kancil bersaudara yang menghuni hutan belantara yang sangat subur. Yang Tua bernama Dodo dan adiknya bernama Didi. Walaupun mereka bersaudara, tetapi sifat mereka sangatlah berbeda. Didi rajin dan baik hati. Sedangkan Dodo pemalas, jahil dan suka berbohong. Suatu hari Dodo sedang mencari makanan, dia sudah sangat kelaparan, di seberang sungai kecil yang dangkal tampak rerumputan hijau tapi ia enggan menyeberang. Dodo memang sangat pemalas. Akhirnya Dodo mencuri makanan milik Didi, adiknya. Waktu ingin makan, dia terkejut karena makanan jatahnya sudah habis. Didi bertanya kepada Dodo di mana makanannya, namun Dodo bohong, ia menjawab dicuri tikus. “Ah, mana mungkin dimakan tikus!” kata Didi. “Iya! Masa sama kakaknya tidak percaya sih!” jawab Dodo dengan meyakinkan.

Mulanya Didi tidak percaya dengan omongan Dodo. Tetapi setelah Dodo mengatakannya berkali-kali akhirnya dia percaya juga. Tanpa sepengetahuan Dodo, kemudian Didi memanggil tikus ke rumahnya. Esok paginya, Tikus datang memenuhi panggilan Didi kancil. Tampak raut muka Dodo agak memucat ketika Tikus datang kerumahnya. “Tikus, apakah kamu yang kemarin mencuri makananku?” tanya Didi pada tikus. “Hah? Mencuri makananmu? Berpikir saja aku belum pernah!” jawab tikus. “Ah, si tikus! Kamu ini membela diri saja! Sudah, Kanca! Dia pasti berbohong,” kata Dodo Kancil memojokkan. “Ya, sudahlah kalau memang kamu tidak mengambilnya! Tikus, aku minta tolong ambilkan makanan di seberang sungai sana. Tadi aku juga mengambil makanan dari sana, kok!” kata Didi pada Tikus.

Tikus kemudian berjalan ke tepi sungai. Ia menaiki sampan untuk menuju seberang sungai. Sebenarnya tikus tahu kalau Dodo lah yang telah mencuri makanan itu. Sementara itu, di bagian sungai yang lain, Dodo cepat-cepat menyeberangi sungai. Ia hendak memasang perangkap tikus agar tikus terjebak dan tidak bisa kembali.

Ketika tikus hampir mendekati tepian sungai, tikus melihat ada perangkap yang terpasang. Tikus yakin kalau perangkap itu dipasang oleh Dodo Kancil. Tiba-tiba tikus mendapat ide gemilang. Tikus berpura-pura jatuh tenggelam dalam sungai. “Aduhhhhhhhhh… Dodo, tolong aku… aku hampir tenggelam, aku tidak bisa berenang!” teriak tikus. Mendengar itu Dodo segera menolong tikus. Tikus meminta Dodo mengantarkannya ke seberang sungai. Sesampai di seberang sungai tikus meminta Dodo menemaninya mengambil makanan.

Dodo sepertinya lupa terhadap perangkap tikus yang telah ia pasang, Karena tidak hati-hati, kakinya terperangkap dalam perangkap tikus tersebut. Tikus yang kaget akan teriakan dodo segera datang untuk menolong. Dengan hati-hati si tikus melepaskan perangkap yang menjepit kaki kanan Dodo. Darah tampak keluar dari luka lecet dikakinya. Sambil menahan sakit, Dodo kemudian berterus terang pada Tikus, kalau dialah yang telah mencuri makanan milik Didi adiknya. Dodo pun meminta maaf pada Tikus tentang kesalahannya. Karena ulahnya kini tikus ikut susah disuruh mencari makanan. Dodo sangat menyesali perbuatan buruknya dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi di kemudian hari.

Pesan Moral Cerita Dongeng Fabel Si Kancil dan Tikus adalah : Jangan suka memfitnah, karena perbuatan fitnah adalah sangat tercela. Juga jangan suka mengambil barang yang bukan haknya. Mencuri sangat dilarang oleh Tuhan. Berusahalah berkata jujur kepada siapapun, jika memang salah kita akui terus terang.

Cerita Dongeng Indonesia memuat dengan lengkap unsur-unsur dan kaidah baku dalam menyajikan cerita dan dongeng, meliputi unsur Intrinsik yaitu meliputi Tema, Amanat/Pesan Moral, Alur Cerita/Plot, Perwatakan/Penokohan, Latar/Setting, dan Sudut pandang. dan kadang disertai unsur Ekstrinsik Cerita.


Analisa:
1.       Statis, dalam dongeng ini sangat statis karena sampai sekarang dongeng ini masih berkembang dikalangan anak-anak kecil.
2.       Istana sentris tidak begitu ditunjukan dalam dongeng ini karena dongeng ini lebih banyak berlatar di hutan bukan di kerajaan atau istana
3.       Fantasi, dongeng ini sangat fantasi karena dongeng ini bisa mencakup semua umur.
4.       Tidak dipengaruhi sastra hindu dan arab karena dalam dongeng ini tidak menunjukan adanya campur tangan budaya arab dan hindu
5.       Dalam dongeng ini tidak ada pengarang tetap atau bisa disebut dongeng ini bersifat anonim

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kerak Telor, Makanan Khas Betawi

REVIEW IMPLEMENTASI NOSQL DATABASE