TOKOH-TOKOH ILMU BUDAYA NASIONAL DAN MANCANEGARA
NASIONAL
MANCANEGARA
1. Leonardo da Vinci
1. Panji Inu Kertapati, Pahlawan Budaya Nusantara
Figur Panji cukup terkenal di Jawa (bagian) timur dan digambarkan sebagai pembawa kebudayaan di pulau Jawa. Panji Inu Kertapati dianggap sebagai pahlawan budaya nusantara. Panji digambarkan sebagai ideal lelaki Jawa. Diperkirakan bahwa sebagai tokoh Panji sudah ada dalam sastra kuno. Semua tokoh pahlawan dalam sastra setelah itu meniru sebagai tokoh yang perwira dan pahlawan. Dan dikatakan sebagai Pahlawan Budaya karena cerita ini beda dengan cerita lain karena sangat menampilkan unsur-unsur budaya di dalamnya. Di dalamnya ada masalah-masalah musik, tembang Jawa, upacara dan sebagainya, yang di dalam naskah-naskah lain itu tidak disebut.
Sastra Panji merupakan sekelompok hasil kesusasteraan nusantara yang memiliki struktur khas, tersebar luas, dan diungkapkan dalam berbagai bentuk seni. Penggunaan nama Panji Koming sebagai nama kartun di Harian Kompas tentunya tidak terlepas dari gambaran tentang sosok Panji itu sendiri sebagai hero. Sejumlah besar naskah Panji yang ditemukan sebagai milik beberapa bangsa nusantara yang diturunkan kepada kita memang berasal dari Jawa namun persebarannya sedemikian luas.
Sastra Panji adalah epos petualangan putera Raja Jenggala, Panji Inu Kertapati, yang diperkirakan mempunyai latar belakang sejarah Jawa karena menyebut sejumlah nama geografis seperti Singasari, Kediri dan Lasem. Kata Panji itu sendiri berasal dari kata Sang Apanji, makna harafiahnya adalah “yang mempunyai bendera” tentunya seorang petinggi. Inu artinya putera raja atau putera mahkota.
Dalam Cerita Panji versi Melayu, ada yang sama sekali tidak menceritakan Dewi Sekartaji atau Candakirana melainkan Ken Tambuhan, puteri yang ditemukan secara tidak sengaja, namun dia bukan puteri Patih melainkan puteri seorang tawanan. Zaman dulu kalau suatu negara dikalahkan maka puteri-puterinya menjadi tawanan raja yang menang.
Cerita Panji yang berbentuk naskah, yang tertua dari abad ke-15 dalam bahasa Jawa Tengahan. Hal ini menunjukkan betapa Cerita Panji ini begitu disukai dan disebarkan oleh orang-orang yang mendukungnya.
Cerita Panji yang berbentuk naskah, yang tertua dari abad ke-15 dalam bahasa Jawa Tengahan. Hal ini menunjukkan betapa Cerita Panji ini begitu disukai dan disebarkan oleh orang-orang yang mendukungnya.
Dari ratusan Cerita Panji memiliki kisah yang sama tetapi setiap naskah isi dan bentuknya berbeda. Selalu ada variasi pada setiap ceritanya. Begitu juga dalam bahasa Melayu dan Bali dengan berbagai judul dan bentuk. Sedangkan jika ditotal dalam berbagai bahasa lain terdapat ratusan naskah Panji yang kebanyakan sekarang berada di Belanda.Cerita Panji juga terdapat dalam relief candi, cerita rakyat (misalnya Ande-ande Lumut), wayang beber, wayang topeng, wayang gedog, dan sebagainya.
Cerita Panji juga bukan sekadar menceritakan peperangan, namun ada aspek budaya. Misalnya diceritakan bagaimana dandanannya. Dan itu data kita jadikan sumber pengetahuan mengenai budaya pada saat itu.
Memang sejak abad 19 Cerita Panji sudah menarik perhatian, sehingga kajian tentang Panji itu sudah banyak sekali. Dimulai tahun 1914, Rassers, seorang antropolog meneliti naskah-naskah Panji, dan dia berpendapat bahwa terdapat unsur kuno di dalamnya. Dia membandingkan dengan cerita Minahasa tentang dua kekasih yaitu Manimporok dan Kalinoan yang menggambarkan mitos bulan dan matahari. Dia menduga bahwa cerita semacam itu bukan tidak mungkin juga ada di Jawa pada masa lampau. Dan Cerita Panji merupakan penceritaan kembali dari mitos kuno tersebut.
Kajian lain dilakukan oleh Berg (1927) yang mengatakan bahwa Cerita Panji berlatarbelakang sejarah, yaitu zaman Majapahit dan Panji itu adalah Hayam Wuruk waktu masih muda. Dia memperkirakan bahwa naskah yang paling asli dalam bahasa Jawa Kuno dari abad ke 14. Tetapi hal ini ditentang oleh Poerbatjaraka yang menyatakan tidak mungkin, sebab naskah dalam bahasa Jawa Kuno itu tidak pernah ditemukan. Yang ada adalah naskah dari Jawa tengahan. Walaupun menceritakan kerajaan-kerajaan Jawa namun hubungannya sudah kacau balau sehingga tidak mungkin bahwa kebenaran sejarah begitu dekat, pasti sudah agak jauh, dan orang sudah lupa. Dalam zaman Jawa Kuno kita tidak punya cerita tentang Panji. .
Penelitian kisah Panji yang dilakukan Baroroh Baried dkk (1983), yang meneliti Panji Jayakusuma (bahasa Jawa), Malad (bahasa Jawa tengahan), Geguritan Pakangraras (bahasa Bali), Hikayat Panji Semirang dan Hikayat Galuh Digantung (bahasa Melayu). Kesimpulannya, Kisah Panji adalah kisah mengenai personifikasi budaya bangsa yang ideal. Kisah Panji itu bisa jadi kejadian sejarah setelah zaman Airlangga, seperti dalam kidung-kidung, tetapi juga merupakan perkembangan dari mitos alam dari masa lampau kebudayaan Jawa.
2. Prof.Dr.Koentjaraningrat
Pendapat: Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari manusia dengan belajar. Putra dari pasangan suami istri R.M.Brotokoesomo (seorang pamong praja di lingkungan paku alam) dan R.A.Pratisi Tirtotenojo ini lahir di Sleman pada 15 Juni 1923 dan meninggal dunia pada 23 Maret 1999 di Jakarta ini adalah orang yang kita kenal sebagai Bapak Antropologi Indonesia.
Pria yang biasa disiplin dan mandiri sejak kecil ini tertarik pada antropologi sejak menjadi asisten Prof.G.J.Held, seorang Guru Besar Universitas Indonesia yang mengadakan penelitian lapangan di Sumbawa.
Pria yang sering disapa Pak Koen ini menyelesaikan study Sarjana di Jurusan Sastra Bahasa Indonesia Universitas Indonesia, meraih gelar M.A bidang Antropologi dari Yale Univesity A.S tahun 1956, dan Doktor Antropologi dari Univesitas Indonesia tahun 1958.
Ilmuan yang mahir berbahasa Belanda dan Inggris ini merintis berdirinya sebelas jurusan Antropologi di berbagai Universitas di Indonesia. Selain itu, ia juga tekun menulis. Bahkan beberapa karya tulisnya menjadi rujukan bagi dosen dan mahasiswa di Indonesia. Ia telah menghasilkan ratusan buku dan artikel termasuk tentang Perkembangan Antropologi di Indonesia sejak tahun 1957 hingga 1999.Ia mengajarkan bahwa pentingnya mengenal masyarakat dan budaya bangsa sendiri.
Berbagai penghargaan telah ia terima atas pengabdiannya dalam pengembangan ilmu Antropologi, diantaranya adalah Penghargaan Ilmiah Gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Utrecht pada 1976, dan Fukuoka Asian Cultural Price pada tahun 1955. Selain itu Beliau juga mendapat Penghargaan Satya Lencana Dwidja Sistha dari Menhankam Republik Indonesia pada tahun 1968 dan 1981.
3. Basuki Abdullah
Lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 27 Januari 1915 – meninggal di Jawa Tengah, 5 November 1993 pada umur 78 tahun. Basuki Abdullah adalah salah seorang maestro pelukis Indonesia. Ia dikenal sebagai pelukis aliran realis dan naturalis. Ia pernah diangkat menjadi pelukis resmi Istana Merdeka Jakarta dan karya-karyanya menghiasi istana-istana negara dan kepresidenanIndonesia, disamping menjadi barang koleksi dari penjuru dunia.
Basuki Abdullah adalah salah seorang maestro lukis Indonesia aliran realis dan naturalis. Basuki Abdullah lahir di Desa Sriwidari, Surakarta (Solo) Jawa Tengah pada tanggal 27 Januari 1915, merupakan anak dari pasangan R. Abdullah Suryosubroto dan Raden Nganten Ngadisah. Kakeknya adalah dokter Wahidin Sudirohusodo (1857-1917), salah seorang tokoh sejarah Kebangkitan Nasional Indonesia, pada awal tahun 1900-an.
4. Arkeolog R. Seokmono
Pendapat: Kebudayaan adalah seluruh hasil usaha manusia, baik berupa benda ataupun hanya berupa buah pikiran dan dalam penghidupan.
Drs. R. Soekmono (lahir di Ketanggungan, kabupaten Brebes, 14 Juli 1922 – meninggal di Jakarta, 9 Juli 1997 pada umur 74 tahun) adalah salah satu arkeolog dari Indonesiadan pernah memimpin proyek pemugaran Candi Borobudur pada tahun 1971-1983.
Bersama-sama dengan Satyawati Suleiman, Soekmono termasuk dalam arkeolog pertama bangsa Indonesia yang berhasil menyelesaikan gelar sarjananya pada tahun 1953 dari Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Pak Soek, biasa dipanggil oleh rekan, bawahan, dan mahasiswanya. Bersama-sama dengan Satyawati Suleiman, Soejono, Boechari, Uka Tjandrasasmita, Basoeki dan arkeolog Belanda pada tahun 1954 melakukan ekspedisi ke Sumatera. Dari ekspedisinya itu, ia berpendapat bahwa pada masa Sriwijaya garis pantai Sumatera bagian timur terletak di daerah pedalaman. Di Jambi terdapat sebuah teluk, sedangkan kota Palembang terletak di ujung sebuah semenanjung. Pendapatnya ini terus dipertahankan hingga akhir hayatnya.
Soekmono merupakan orang Indonesia pertama yang lulus sebagai doktorandus dalam bidang studi arkeologi. Setelah lulus tahun 1953, pada tahun itu juga ia diangkat sebagai Kepala Dinas Purbakala Republik Indonesia, suatu kedudukan yang sebelum itu dijabat oleh orang-orang Belanda. Jabatan ini terus dipangkunya hingga tahun 1973. Pada tahun 1970 ia dipercaya pemerintah untuk memimpin Proyek Pemugaran Candi Borobudur, sebuah proyek besar yang didanai oleh pemerintah RI dan UNESCO.
Ditengah-tengah kesibukannya memimpin suatu proyek besar, pada tahun 1974 ia sempat menyelesaikan disertasinya yang berjudul "Candi, Fungsi dan Pengertiannya" di Universitas Indonesia. Pada bidang studi inilah keahlian dan pengalamannya dapat diuji, terutama pengetahuannya mengenai candi-candi di Indonesia. Pengalamannya pada Proyek Pemugaran Candi Borobudur menjadikannya seorang ahli mengenai bangunan candi yang sedang ditanganinya. Di dunia internasional pengetahuannya mengenai konservasi bangunan monumental banyak dipakai. Beberapa jabatan yang berkaitan dengan masalah-masalah konservasi banyak disandangnya.
Kesibukannya sebagai “praktisi arkeologi” tidak menjadikannya lupa akan dunia akademis. Pengetahuannya yang luas mengenai Sejarah Kebudayaan Indonesia, diamalkannya di ruang kuliah Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Universitas Udayana, dan Perguruan Tinggi Pendidikan Guru di Batusangkar sebagai Dosen Luar Biasa (1953-1978). Pada tahun 1978 ia dikukuhkan sebagai Guru Besar Arkeologi Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Kemudian pada tahun 1986-1987 sebagai Guru Besar tamu di Rijksuniversiteit te Leiden, Belanda.
5. Ki Hajar Dewantara
Pendapat: Kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran didalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.
Ki Hajar Dewantoro; lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889 –meninggal di Yogyakarta, 26 April 1959 pada umur 69 tahun; adalah aktivis pergerakankemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda. Ia adalah pendiri Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi jelata untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda.
Tanggal kelahirannya sekarang diperingati di Indonesia sebagai Hari Pendidikan Nasional. Bagian dari semboyan ciptaannya, tut wuri handayani, menjadi slogan Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia. Namanya diabadikan sebagai salah sebuah namakapal perang Indonesia, KRI Ki Hajar Dewantara. Potret dirinya diabadikan pada uang kertas pecahan 20.000 rupiah tahun emisi 1998.
Ia dikukuhkan sebagai pahlawan nasional yang ke-2 oleh Presiden RI, Soekarno, pada 28 November 1959 (Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959).
6. Parsudi Suparlan
Pendapat: Kebudayaan didefinisikan sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakannya untuk memahami dan menginterprestasikan lingkungan dan pengalamanya, serta menjadi landasan bagi tingkah-lakunya
Prof. Dr. Parsudi Suparlan (lahir di Jakarta, 3 April 1938 – meninggal di Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, 22 November 2007 pada umur 69 tahun) adalah seorangantropolog Indonesia. Ia memiliki kepakaran dalam bidang antropologi perkotaan, kemiskinan perkotaan, dan multikulturalisme.
7. Ki Mangunsarkoro
Pendapat: Kebudayaan adalah segala yang merupakan hasil kerja jiwa manusia dalam arti yang seluas-luasnya.
Ki Mangunsarkoro atau Sarmidi Mangunsarkoro (lahir 23 Mei 1904 – meninggal 8 Juni 1957 pada umur 53 tahun) adalah pejuang di bidang pendidikan nasional, ia dipercaya menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia pada tahun 1949 hingga tahun 1950.
1. Leonardo da Vinci
Leonardo da Vinci (lahir
di Vinci,
provinsi Firenze, Italia, 15 April 1452 – meninggal
di Clos Lucé, Perancis, 2 Mei 1519 pada
umur 67 tahun) adalah arsitek, musisi, penulis, pematung, dan pelukis Renaisans Italia. Ia
digambarkan sebagai arketipe "manusia
renaisans" dan sebagai genius universal.
Leonardo terkenal karena lukisannya yang piawai,
seperti Jamuan Terakhir dan Mona Lisa. Ia juga dikenal karena mendesain
banyak ciptaan yang mengantisipasi teknologi modern tetapi jarang dibuat semasa
hidupnya, sebagai contoh ide-idenya tentang tank dan mobil yang dituangkannya
lewat gambar-gambar dwiwarna. Selain itu, ia juga turut memajukan ilmu anatomi, astronomi, dan teknik sipil bahkan kuliner.
2. Ludwig van Beethoven
Lahir pada 17 Desember 1770diBonn,
wafat 26 Maret 1827 di Winaadalah seorang komponis musik klasik dari Jerman. Karyanya yang terkenal
adalah simfoni
ke-lima dan ke-sembilan, dan juga
lagu piano Für Elise. Ia dipandang sebagai salah satu
komponis yang terbesar dan merupakan tokoh penting dalam masa peralihan
antara Zaman Klasik dan Zaman Romantik. Semasa
muda,ia adalah pianis yang berbakat, populer di antara orang-orang penting dan
kaya di Wina, Austria, tempatnya tinggal. Namun, pada
tahun 1801, ia mulai
kehilangan pendengarannya.
Ketuliannya
semakin parah dan pada 1817 ia menjadi tuli sepenuhnya. Meskipun ia tak lagi bisa bermain dalam
konser, ia terus mencipta musik, dan pada masa ini mencipta sebagian
karya-karyanya yang terbesar. Ia menjalani sisa hidupnya di Wina dan tak pernah menikah.
Nama lengkapnya dalam bahasa
Italia Michelangelo di Lodovico
Buonarroti Simoni (dalam bahasa Spanyol disebut Miguel Ángel; dalam bahasa Perancis
disebut Michel-Ange, yang
kurang lebih berarti Malaikat Mikail) (lahir di
Caprese dekat Arezzo, Republik Florence (masa kini Toskana, Italia), 6 Maret 1475 – meninggal di Roma, Negara-negara Kepausan (masa
kini Italia), 18 Februari 1564 pada umur 88 tahun) adalah seorang pelukis, pemahat, pujangga, dan
arsitek zamanRenaissance.
Ia terkenal
untuk sumbangan studi anatomi di dalam Seni Rupa. Karyanya yang dianggap
terbaik adalah Patung David, Pietà, dan Fresko di langit-langit Kapel Sistina.
4.
William
Shakespeare
Willian Shakespeare dibaptis pada
tanggal 26 April 1564 – dan wafat pada tanggal 23 April 1616)] adalah
seorang penulis Inggris yang
seringkali disebut orang sebagai salah satu sastrawan terbesar Inggris. Ia menulis sekitar 38 sandiwara tragedi, komedi, sejarah, dan 154 sonata, 2 puisi naratif, dan puisi-puisi yang lain.
Ia menulis antara tahun 1585 dan 1613 dan
karyanya telah diterjemahkan di hampir semua bahasa hidup di dunia dan
dipentaskan di panggung lebih daripada semua penulis sandiwara yang lain.
55. Claude Monet
Claude Monet di kenal juga dengan nama Oscar-Claude Monet atau Claude Oscar Monet (lahir
di Paris, 14 November 1840 – meninggal
di Giverny, 5 Desember 1926 pada
umur 86 tahun) adalah pelukis Perancis dengan
aliran impresionisme. LukisannyaImpression,
Sunrise adalah
asal nama penamaan aliran impresionisme.
Komentar
Posting Komentar